Saturday, September 10, 2011

Koreksi kekurangan diri

Maaf agak nyerempet agama nih. Kalo gak boleh silahkan di hapus aja.



http://putriecantika.multiply.com/jo...ekurangan_Diri

Seorang anak memberikan resep pada petugas opoteker untuk menebus obat ibunya yang sedang sakit, setelah semua obat ia terima dan membayarnya, ia meminta ijin petugas tersebut untuk menghubungi seseorang.

“Assalamu’alaikum dokter, saya Imron, ingin menanyakan adakah pekerjaan untuk saya di rumah dokter?”

“Tidak ada?, saya bisa menjadi tukang kebun anda dan saya pun terampil dalam bekerja. Atau pekerjaan apa saja yang ada di rumah dokter, saya akan lakukan dan dengan bayaran berapa saja asal saya bisa bekerja di tempat dokter, untuk membantu meringankan beban hidup orang tua saya”. Jawab sang anak.

Dengan muka terkejut sang anak menjawab “Apa? Tempatnya sudah lama terisi? Dan tidak bisa digantikan? Mengapa dokter? Apakah dokter sangat puas dengan pekerjaan dia?”

lalu anak tersebut mendengarkan jawaban sang dokter dari seberang telpon dan mengulangi perkataan sang dokter. “Ooo… dia bisa melakukan semuanya dengan baik dokter? Rajin, disiplin, terampil dan dokter pun bermaksud mengangkatnya sebagai anak? Tentu dia akan sangat senang sekali ya dok? Terima kasih dokter, wassalamu’alaikum.” Sang anak menutup telpon.

Ketika anak tersebut berpamitan, petugas tersebut memanggilnya “Nak, jika kau memerlukan perkerjaan, di sini ada pekerjaan yang cocok untuk mu dengan gaji yang cukup” ujar sang petugas yang tak lain adalah pemilik dari apotik tersebut, yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan sang anak dengan pangilan dokter yg disebutkamnya melalui telpon.
“Terima kasih pak, namun saat ini saya tidak memerlukan pekerjaan itu” jawab sang anak.
“Tapi, tadi saya dengar kamu sangat membutuhkan perkerjaan itu?” ujar sang pemilik apotik terheran.
“Pak, saya adalah anak yang bekerja di rumah dokter itu, saya ingin tahu penilaian beliau akan pekerjaan saya selama ini, saya senang karena beliau puas akan apa yang telah saya lakukan selama saya bekerja dengannya, dan Bapak sendiri mendengar bukan? Kalau dokter tersebut bermaksud mengangkat saya sebagai anaknya?” Jawab sang anak dengan muka berseri-seri.

*********
Ilustrasi cerita di atas mengingatkan kita akan pentingnya koreksi diri atas apa yang telah kita kerjakan, seberapa berani kita untuk mengoreksi diri kita atas apa saja yang telah kita lakukan? Apa yang kita dapatkan di hari ini merupakan hasil dari apa yang kita lakukan sebelumnya, dengan kata lain suatu yang terbaik atau terburuk yg kita lakukan saat ini adalah penentu apa yang kita dapat dimasa depan dan itu ditentukan dengan seberapa banyak kita mampu meng-evaluasi setiap langkah yang kita lakukan.

Sayangnya, kita terlalu banyak mengeluh, selalu mengkritik, banyak menuntut, mencemooh; yang seharusnya keluhan, kritikan, tututan dan cemooh itu di tujukan untuk dirinya sendiri. Kita terlalu mudah menilai orang lain namun tidak mampu menilai diri sendiri, kita terlalu sibuk memikirkan dan melakukan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat, kita terlalu sibuk dengan sesuatu yang sebenarnya melemahkan kemampuan diri; keinginan untuk selalu di puji, merasa diri hebat dari yang lain, merasa apa yang di lakukan dan pendapatnya selalu benar, tidak mengindahkan pendapat orang lain, sikap berlebih-lebihan ini akan membuat seseorang semakin jatuh pada kesombongan dan membuatnya semakin sulit untuk mengkoreksi dirinya sendiri.

Imam Syafi’I pernah mengungkapkan “‘Tafakkur 1 jam, lebih baik dari ibadah 1 tahun”. Imam Syafi’I tidak mengajak agar orang melakukan tafakkur 1 jam, lalu tak perlu beribadah selama satu tahun. Sama sekali tidak. Ia hanya ingin menekankan pentingnya merenung, menghisab diri, mengevaluasi amal yang telah lalu, menekuri hidup dan seterusnya.

Kewajiban kita, di saat umur lambat laun kian merambat mengurangi jatah dari yang sudah di tentukanNya adalah keberanian untuk mulai berkaca dan berkata pada cermin diri “inilah saya, noda-noda keburukan yang melekat, kan saya bersihkan dengan kebaikan terus menerus tanpa henti karena saya yakin akan firmanNya “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada. Dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan”

“Setiap mukmin adalah cermin bagi saudaranya yang lain”. Cermin, sumber informasi paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena. Cermin tempat memperoleh penilaian tentang diri, kapanpun dan dimana pun. Cermin juga pandai menyimpan informasi hanya pada pihak yang langsung terkait dengan informasi itu.

Roda kehidupan takkan pernah berhenti bergulir. Hari demi hari terus berjalan. Tugas kita adalah memanfaatkan kesempatan hari ini untuk menyosong hari esok. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya membuat kita menjadi lebih baik dari yang telah lalu. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya menjadikan kita berhati-hati dan berhitung matang untuk melangkah.(Trie)

No comments:

Post a Comment