Saturday, September 10, 2011

Anak Ayam Yang Pincang

ku masih ingat sebuah pengalaman inspiratif yang terjadi puluhan tahun lalu. Pengalaman ini terjadi waktu aku kecil. Aku tak ingat umur berapa aku waktu itu. Yang aku ingat waktu itu aku baru duduk di bangku sekolah dasar. Silakan anda ikuti kisahnya.

Sore hari itu, aku duduk di pinggir jalan di depan rumah. Di seberang jalan aku lihat segerombolan induk ayam dan anak-anaknya yang masih seukuran kepalan tangan orang dewasa, tangah asyik mencari makan di rerumputan di pinggir jalan. Jika menemukan serangga atau makanan mereka saling berebut mematuknya. Sementara sang induk hanya diam memperhatikan. Jika sang induk yang menemukan makanan, ia tak memakannya tapi memanggil anak-anaknya yang akan menghambur berebut mematuknya.

Dari segerombolan anak ayam itu, aku perhatikan ada seekor anak ayam yang agak terpisah dari gerombolan. Anak ayam ini ternyata sebelah kakinya pincang, jadi dia hanya bisa berjalan dengan meloncat-loncat dengan satu kaki. Saat anak-anak ayam lain berlari-lari berpindah tempat, si pincang selalu tertinggal di belakang gerombolan. Tapi, walau dia pincang dan kadang agak diacuhkan oleh sang induk, dia tampak tetap bersemangat mencari makanan di rerumputan. Dia mengorek-orek sampah dan rumput dengan sebelah kakinya, bila menemukan makanan dia mamatuknya dengan riang.

Dengan segala keterbatasan fisiknya, dia tak tampak murung apalagi putus asa. Dia sama riang dan bersemangatnya dengan anak-anak ayam lainnya. Dia tampak begitu gigih dan tegar menghadapi kerasnya kehidupan yang kadang tak kenal ampun.

Kegigihan si anak ayam itu masih aku ingat sampai saat ini. Setiap aku merasa down dan putus asa karena menghadapi masalah berat atau ketika pikiran-pikiran negatif datang menghampiri, aku suka ingat si anak ayam pincang ini. Aku tak mau kalah gigih oleh si pincang yang selalu bersemangat dan tak kenal menyerah.

Kadang aku merenung, Tuhan telah memberiku karunia yang takn ternilai, fisik dan akal yang sempurna. Haruskah aku berkeluh-kesah atau bahkan putus asa menjalani kerasnya kehidupan ini? Haruskan aku kalah gigih dan semangat dari anak ayam yang pincang itu?

TIDAK! Aku tak ingin dan tak akan menyerah menjalani kehidupan ini.

http://curhatkita.blogspot.com/2009/...g-pincang.html

No comments:

Post a Comment