Friday, September 16, 2011

Ayah terprogram untuk menyediakan kasih

http://www.sciencedaily.com/releases/2011/09/110912152901.htm
Para Ayah "Disolder" to menyediakan "Pancarannya" perhatian; Studi menegaskan tingginya jatuhnya kadar testosteron setelah bayi lahir.

ScienceDaily (13-sep-2011)-Sebuah studi baru Northwestern University menyediakan sebuah "bukti yang memaksa" bahwa laki laki manusia secara biologi telah "disolder" supaya perhatian kepada "pancarannya", secara kesimpulan hal ini secara pertama kali mempertontonkan bahwa kebapakan menurunkan tingkat testosteron para laki laki.
Efeknya selalu terlihat disetiap spesies jantan lain yang membantu untuk para jantan untuk merawat pancaran mereka yang sangat tergantung kepada orang tuanya.
Perilaku Testosteron yang meningkatlah dan sifat yang lain lainnya  yang menolong seorang jantan untuk bersaing untuk mendapatkan pasangan
Setelah mereka berhasil dan menjadi seorang ayah, aktifitas "yang berhubungan dengan pasangan" bisa jadi berbenturan dengan tanggung jawab kebapakan jantan, membuat tubuh terpaksa untuk mengurangi produksi hormon tersebut.
"MAnusia adalah yang yang paling tidak lazim diantara mamalia, dimana pancaran kita benar benar sangat tergantung kepada orang individu lain yang lebih tua untuk disuapi dan perlindungan lebih dari satu dekade", kata Christopher W.
Kuzawa, pengarang pembantu dari studi dan kelompok profesor antropologi di Weinberg College of Arts and Sciences. Dia juga adalah seorang teman di Institute for Policy Research at Northwestern. "Merawat sampai besar seorang pancaran manusia adalah sebuah pekerjaan dimana kerja harus karena kebutuhan, dan studi kamu mempertontonkan bahwa ayah dari manusia secara biologi memang telah disolder to membantu pekerjaan itu".
Studi yang telah lama yang mempertontonkan bahwa ayah biasanya mempunyai testosteron rendah sangat kecil dan tidak meyakinkan mengenai bahwa kebapakan mengurangi testostero atau bahwa lelaki dengan testosteron rendah memang biasanya akan menjadi ayah. Studi yang baru menggunakan pendekatan novel dengan mengamati kelompok besar laki laki yang bukan seorang ayah dan melihat apakah hormon mereka berubah setelah menjadi ayah.

"Bukan masalah bahwa laki laki dengan testosteron rendah secara sederhana sepertinya akan menjadi seorang ayah", kata Lee Gettler, seorang calon dovtoral di anthropology at Northwestern dan seorang pengarang pembantu dari studi ini. "Kebalikannya, laki laki yang mempunyai testosteron tinggi sepertinya pasti akan menjadi seorang ayah, tapi setelah berhasil, testosteron mereka akan turun sedikit sedikit. Penemuan kami menyarankan bahwa ini memang benar khususnya untuk seorang ayah yang akan terlibat dalam perawatan anak".

Penemuan penemuan baru dari studi ini juga menyarankan bahwa para ayah bisa jadi mengalami sebuah perasaan yang besar, tapi sementara, berkurangnya testosteronsaat mereka pertama kali membawa pulang kerumah bayi yang baru lahir. "Kebapakan dan kebutuhan dari mempunyai bayi yang baru lahir sangat membutuhkan banyak emosi, kejiwaan dan penyesuaian fisik, " Gettler bilang. "Studi kami mengindikasikan dimana biologi seorang laki laki bisa merubah zat tubuhnya untuk membantu memenuhi kebutuhan tersebut".

Para pengarang juga menyarankan bahwa penemuan penemuan mereka mungkin menyediakan pandangan baru tentang suatu alasan mengapa lelaki yang singel selalu mempunyai kesehatan yang lebih buruk daripada yang menikan dan para ayah. "Jika para ayah mempunyai testosteron yang rendah, ini akan melindungi mereka melawan beberapa wabah kronik saat mereka menua" kata kuzawa.

Studi ini diikuti sebuah grup 624 jantan berusia 21 sampai 26 tahun selama 4 tahun di filipina.

Studi ini telah dipublikasikan pada sep 12 2011, di Proceedings of the National Academy of Sciences.

Pengarang pembantu studi, bersama dengan gettler dan kuzama juga Thomas W. McDade, professor of anthropology dan Institute for Policy Research faculty fellow, Northwestern University, and Alan Feranil, director, Office of Population Studies Foundation, University of San Carlos, Cebu City, Philippines. The research was funded by the National Science Foundation and the Wenner Gren Foundation.

OF-Sumber DailyScience

No comments:

Post a Comment